Ilustrasi, sumber foto: Rizky Maharani/Wikimedia Commons
POKER AKU - Laporan terbaru yang dirilis Fitch Solutions Country Risk & Industry Research menyebutkan Jakarta akan tenggelam pada 2050 karena sejumlah masalah yang dihadapi saat ini.
Menurut pakar tata ruang Universitas Gadjah Mada, Bambang Hari Wibisono, prediksi ini merupakan peringatan penting akan ancaman yang dihadapi Jakarta di masa depan yang memerlukan upaya serius untuk dilakukan sekarang.
“Saya kira ini bukan sesuatu yang mustahil, tapi keniscayaan yang akan terjadi kalau Jakarta tidak secara cermat melakukan pengelolaan pembangunannya. Ini suatu peringatan yang kita perlu perhatikan," ujarnya, dikutip dari situs resmi ugm.ac.id, Kamis (10/6/2021).
Isu penurunan tanah di Jakarta telah menarik perhatian para ahli sejak 10 tahun lalu
Isu penurunan permukaan tanah sendiri sudah menjadi perhatian para ahli sejak 10 hingga 15 tahun lalu. Banyak juga yang memberi peringatan dan opini tentang apa yang harus dilakukan di Jakarta.
Salah satu hal yang menurutnya penting dilakukan adalah menggunakan instrumen penataan ruang secara ketat.
“Tata ruang harusnya sudah mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang merupakan kawasan budi daya yang bisa dikembangkan dan mana kawasan yang memiliki fungsi lindung,” jelasnya.
Pembangunan fisik Jakarta belum memikirkan daya dukung
Pembangunan fisik di Jakarta, menurut dia, masih hanya mempertimbangkan masalah daya tampung atau capacity, namun belum memikirkan secara serius daya dukung.
Selain daya tampung lahan untuk menampung sejumlah orang tertentu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi agar setiap penduduk memiliki kualitas hidup yang baik.
“Setiap orang tentunya membutuhkan air bersih, listrik, dan input lainnya, sementara dari segi output mereka akan menghasilkan limbah yang harus diolah. Penting untuk diperhatikan apakah Jakarta memiliki kemampuan dalam hal input dan output ini,” kata Bambang.
Pembangunan fisik terus membebani tanah di ibu kota
Jumlah penduduk Jakarta sudah mencapai lebih dari 10 juta jiwa sedangkan luas wilayahnya hanya 661 kilometer persegi. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi pada kebutuhan akan ruang dan sarana serta prasarana untuk menunjang kehidupan masyarakat. Padahal, pembangunan fisik membebani lahan.
“Dengan dibangun secara fisik itu akan menjadi beban bagi tanah, di pihak lain juga kebutuhan air bersih yang diperlukan masyarakat disedot terus dari bawah permukaan tanah. Lahan manapun pasti akan mengalami suatu penurunan,” jelasnya.
Idealnya jumlah penduduk dibatasi sesuai daya dukung
Menurutnya, fenomena tersebut telah memicu kekhawatiran para ahli tentang ancaman banjir di Jakarta. Idealnya, jumlah penduduk di suatu daerah dibatasi sesuai dengan daya dukung daerah tersebut. Namun, dalam kasus Jakarta hal itu menjadi mustahil karena daya tarik kota ini masih sangat besar sebagai pusat berbagai kegiatan.
Meski demikian, Bambang menilai, belum terlambat untuk turun tangan dan mengambil langkah konkrit untuk mengatasi masalah ini, dan menghentikan ancaman tenggelamnya Jakarta.
"Semakin lambat mengambil langkah effort-nya pasti akan semakin berat, tetapi tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar