Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Dinas Arpusda) Kabupaten Banyumas telah menerima hibah sejumlah benda pusaka kuno dari seorang nenek. Benda-benda pusaka itu terdiri dari tasbih, tombak, keris, sampai dengan guci kuno yang diduga telah berusia ratusan tahun.
Pantauan di Dinas Arpusda Banyumas, Rabu (25/11/2020), terdapat 11 benda pusaka yang telah diserahkan oleh Rasiti (69). Benda-benda pusaka itu terdiri dari dua naskah kuno yang ditulis pada deluang dalam tulisan Jawa, 1 tasbih, 1 keris kecil berwarna kuning emas, 1 keris sedang berwarna cokelat, 1 guci kecil, 1 guci sedang, 1 ketel atau ceret kuningan, 1 tombak, 1 tas kuno berisi perca dan 1 padupan. Benda-benda pusaka kuno itu terlihat disimpan dalam sebuah tas yang sudah lapuk dan berlubang di beberapa sisinya. Tas itu terbuat dari anyaman bambu yang dilapis dengan kulit.
"Jadi kemungkinan lebih dari 200 tahun, karena 200 tahun dari sekarang 1830-an. Katakan 1825 era perang Diponegoro, dan di perang Diponegoro kertas dari barat itu sudah ada, dan pemakaian deluang sebelum kertas. Dari situ saja sudah diketahui, tapi kita belum bisa memastikan," ucap salah seorang pelestari tosan aji yang diperbantukan Dinas Arpusda, Indra Adityawarman (31), saat ditemui wartawan di Jendral Gatot Subroto, Banyumas, Rabu (25/11/2020).
Dari pengamatannya, Indra menduga untuk manuskrip yang terdapat pada deluang itu ditulis dengan menggunakan aksara Jawa awal. Akan tetapi, untuk memastikannya dibutuhkan analisis dari filolog maupun arkeolog untuk meneliti peninggalan pusaka tersebut.
"Nanti kan mungkin ada uji material, karena deluang itu sendiri kan ada beberapa jenis. Deluang yang biasa digunakan pihak karaton atau deluang deluang yang biasa dipakai di situs situs pertapaan, itu kualitasnya akan beda. Mungkin dari situ arkeolog nanti akan bisa memastikan apa," ucapnya.
Sementara itu, pemberi hibah, Rasiti (69), menyebut bahwa benda-benda pusaka itu merupakan peninggalan ayahnya Mulyawiredja Cartam. Benda-benda itu dinilainya merupakan peninggalan turun-temurun dari kakeknya yang bernama Santarwi.
"Barang itu peninggalan bapak saya, bapak saya dari kakek, kakek saya Santarwi. Jadi saya tidak tahu peninggalan itu, setelah bapak saya Meninggal tahun 1994, lalu yang meneruskan merawat ibu saya, sampai tahun 2011, tahun 2011 ibu saya meninggal dan ini baru dibuka," jelas Rasiti.
Rasiti menyebut untuk benda-benda itu disimpan dalam tas kuno yang sudah lapuk. Rasiti sendiri mengaku bahwa dirinya tidak pernah diberi cerita oleh ayahnya terkait dengan peninggalan benda pusaka tersebut.
"Saya tidak tahu kakek saya dulu tumenggung apa adipati, saya tidak tahu, pokoknya itu peninggalan dari ayah saya. Waktu hidupnya juga tidak bilang apa apa," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Arpusda Joko Wikanto mengapresiasi akan hibah ini. Pihaknya berharap untuk penyerahan benda pusaka kuno itu dapat menambah pengetahuan kepada para generasi muda.
"Dengan adanya penyerahan naskah kuno yang ada beberapa item itu tentunya akan menambah banyak khasanah yang ada di Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah yang endingnya adalah bisa dilihat oleh generasi penerus. Khususnya warga Banyumas maupun di luar Banyumas yang ingin mendengarkan, melihat cerita dari silsilah barang tersebut," papar Joko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar